Pentingnya Menanam Sikap Kompetitif Sejak Dini


Dear netizen....

Saat masih kecil, menjadi seperti orang dewasa adalah impian. Kerja.... Dapet duit.... Belanja.... Makan-makan.... Piknik.... 
Sepertinya orang dewasa nggak pusing mikir sekolah, nggak ribet kerjain PR, nggak takut dimarahin guru.

Pokoknya orang dewasa itu enak!

Aku yakin, kalian pasti pernah ngalami hal yang sama. 

Saat SD, pengen cepet SMP. 
Saat SMP, pengen buru-buru SMA.
Saat SMA, pengen jadi anak Kuliahan.
Saat Kuliah, pengen cepet lulus dan kerja.
Pas udah kerja, pengen banget jadi anak SD lagi. 

Dear...
Jadi seorang pekerja ternyata nggak sebahagia yang terlihat.
Sebagai pekerja, kita dituntut menjadi seseorang yang dapat diandalkan artinya harus menjadi seseorang yang cepat tanggap, menjadi pribadi yang humanis, menyenangkan, jujur, rendah hati, efektif, dan memiliki perencanaan yang baik.

Terkadang kita sudah berusaha sebaik mungkin. Tapi pimpinan berpendapat lain. Di situlah kita harus bersabar, dan terus menyemangati diri untuk meningkatkan kompetensi.

Dari sini kita ketahui, ternyata penting sekali untuk menanamkan sifat kompetisi sejak dini. 

Kompetisi mewajibkan kita untuk giat berusaha, sportif, jujur, sabar, tidak mudah menyerah, ikhlas, disiplin waktu, dan terbuka terhadap kritikan. Ketika kita sudah terbiasa dengan sikap kompetitif, maka secara positif dan optimis kita akan mampu dan siap bersaing untuk mencapai kemajuan. 

Kompetisi bukan semata-mata kemenangan dari lawan. Namun sebagai pemicu, memotivasi diri untuk meraih prestasi. 

Setiap orang tentu memiliki nilai yang berbeda. Namun yakinlah, setiap kita memiliki nilai lebih dalam bidangnya masing-masing. 

Dengan tertanamnya sifat kompetisi, kita akan lebih mampu berjiwa besar dalam menerima hasil, mengapresiasi kinerja orang lain, dan menjadikan orang lain sebagai partner dalam memotivasi prestasi. 

Namun, ada beberapa hal yang wajib kita hindari. Yaitu sifat sombong, iri, dengki, serta menghalalkan segala cara demi mewujudkan cita-cita. 

Ada satu kalimat yang biasa aku ingat ketika kurang berhasil dalam sebuah kompetisi. 

"Apa yang kita tanam, akan kita tuai. Jika bukan hari ini, mungkin besok. Jika bukan untuk kita, mungkin untuk anak cucu kelak."

Kuncinya adalah tetap berusaha dan terus bertawakal kepada Tuhan yang Maha Esa.

Selamat berproses... Semangat meningkatkan kompetensi. Jangan mudah puas, terlebih mudah menyerah.


0 komentar