Analisis Sinergisitas dalam Pembinaan Keluarga Sakinah



Keluarga merupakan unit terkecil dalam masyarakat yang memiliki peran vital dalam membentuk karakter, moral, dan kesejahteraan individu. Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Agama menginisiasi Program Pembinaan Keluarga Sakinah, yang bertujuan untuk membina dan memperkuat ketahanan keluarga dalam menghadapi berbagai tantangan sosial, ekonomi, dan budaya. Untuk mencapai tujuan yang lebih luas dan holistik, program tersebut dijalankan oleh seluruh stakeholders dengan pendekatan tugas dan fungsi masing-masing. Bagaimana jalinan sinergisitas antar pemangku kebijakan dalam mewujudkan Keluarga Sakinah? 

 

Keluarga Sakinah sebagai Fondasi Masyarakat Sejahtera

Program Keluarga Sakinah berfokus pada pembinaan keluarga yang harmonis, sejahtera, dan berlandaskan pada nilai-nilai agama. Keluarga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah menjadi fondasi utama dalam menciptakan masyarakat yang kuat dan berdaya saing. Pembinaan ini mencakup berbagai aspek, mulai dari bimbingan pranikah, edukasi tentang pengelolaan keluarga, hingga konseling bagi pasangan yang menghadapi masalah dalam rumah tangga.

Program Keluarga Sakinah mengklasifikasikan pembinaan keluarga dalam tiga fase penting: pra perkawinan, perkawinan, dan pasca perkawinan, dengan pendekatan preventif, represif, dan kuratif yang terintegrasi melalui lima program utama, yaitu Aman, Berkah, Kompak, Lestari, dan program pencegahan pernikahan anak.

Pada fase pra perkawinan, terdapat dua program utama: Berkah (Belajar Rahasia Nikah) dan program Pencegahan Pernikahan Anak. Program Berkah berfungsi sebagai upaya preventif yang memberikan edukasi kepada calon pasangan mengenai hak dan kewajiban dalam pernikahan, serta persiapan mental dan emosional yang diperlukan untuk membangun rumah tangga yang harmonis. Melalui kelas pranikah ini, pasangan diharapkan dapat memasuki pernikahan dengan kesiapan yang lebih baik, sehingga potensi konflik dapat diminimalisir sejak awal. Di sisi lain, program Pencegahan Pernikahan Anak juga merupakan upaya preventif yang bertujuan untuk mencegah pernikahan dini melalui edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat tentang risiko dan dampak negatif pernikahan anak. Program ini dilakukan melalui kerja sama dengan berbagai pihak, termasuk lembaga pendidikan dan organisasi masyarakat, untuk memastikan bahwa anak-anak dapat menyelesaikan pendidikan mereka dan mencapai kedewasaan sebelum menikah.

Fase perkawinan diakomodasi oleh dua program: Aman (Administrasi Manajemen KUA) dan Kompak (Konseling, Mediasi, Pendampingan, dan Advokasi). Program Aman memastikan bahwa administrasi dan layanan terkait pernikahan dikelola dengan baik, mendukung transparansi dan akuntabilitas, serta membantu mencegah masalah hukum dan administratif dalam pernikahan. Sementara itu, program Kompak menawarkan pendekatan represif dengan menyediakan layanan konseling dan mediasi bagi pasangan yang mengalami konflik. Tujuan dari pendekatan ini adalah untuk mengatasi masalah sebelum mereka berkembang menjadi lebih serius, seperti perceraian, dan untuk menjaga keutuhan serta stabilitas rumah tangga.
Pada fase pasca perkawinan, Program Lestari (Layanan Bersama Ketahanan Keluarga Republik Indonesia) bertindak sebagai upaya kuratif. Program ini memberikan pendampingan dan dukungan berkelanjutan kepada keluarga yang baru menikah, membantu mereka menghadapi tantangan kehidupan rumah tangga, seperti penyesuaian hidup bersama, pengelolaan keuangan, dan komunikasi yang efektif. Dengan adanya pendampingan ini, pasangan diharapkan dapat mengatasi permasalahan yang mungkin muncul setelah pernikahan, memperbaiki kondisi yang dapat mengancam kestabilan keluarga, dan pada akhirnya mencapai kehidupan keluarga yang sakinah, mawaddah, dan rahmah.

Program-program ini saling mendukung dan melengkapi untuk mewujudkan keluarga sakinah keluarga. Namun, untuk memastikan keberhasilan pembinaan Keluarga Sakinah, diperlukan sinergisitas yang kuat antar pemangku kebiajkan. Sinergi antara sektor pendidikan, kesehatan, perlindungan sosial, dan pemberdayaan ekonomi sangat penting untuk mengoptimalkan sumber daya dan memperluas jangkauan program. Dengan sinergi yang baik, Program Keluarga Sakinah dapat memberikan dampak yang lebih signifikan, memastikan bahwa setiap keluarga di Indonesia memiliki fondasi yang kuat untuk menjadi keluarga yang harmonis dan sejahtera.


Upaya Sinergisitas Dalam Mewujudkan Keluarga Sakinah

Pembinaan Keluarga Sakinah (KS) di Indonesia tidak berdiri sendiri sebagai sebuah inisiatif, melainkan dijalankan melalui sinergisitas dengan berbagai program aksi nasional lainnya yang berfokus pada peningkatan kesejahteraan dan ketahanan keluarga. Sinergisitas ini memungkinkan program pembinaan KS untuk terintegrasi dengan lebih luas ke dalam berbagai sektor yang berperan dalam membentuk kualitas hidup keluarga di Indonesia. 

1. Rencana Aksi Nasional Pencegahan Perkawinan Anak (RAN PPA)

Kementerian Agama memegang peran sentral dalam Rencana Aksi Nasional Pencegahan Perkawinan Anak (RAN PPA), bekerja sama dengan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KPPPA), Kemendikbudristek, dan Kementerian Kesehatan. Dalam upaya ini, Kementerian Agama mengedepankan pendekatan berbasis keluarga, di mana bimbingan pranikah tidak hanya berfokus pada kesiapan mental, emosional, dan ekonomi calon pengantin, tetapi juga pada upaya untuk membangun fondasi keluarga sakinah yang kuat. Intervensi dilakukan melalui KUA, madrasah, dan pesantren, dengan kampanye yang menggarisbawahi pentingnya kesiapan sebelum menikah serta risiko pernikahan dini. Hasilnya, terjadi peningkatan usia menikah di berbagai daerah, dan kesadaran masyarakat tentang pentingnya membentuk keluarga yang kokoh dan harmonis juga meningkat. Namun, tantangan tetap ada dalam mengubah norma sosial di beberapa wilayah, sehingga diperlukan pendekatan yang lebih mendalam dan kolaborasi erat dengan tokoh agama untuk memperluas jangkauan kampanye ini.

Baca : Kemenag Komitmen Cegah Perkawinan Anak: Bangun Generasi Berkualitas


2. Rencana Aksi Nasional Penurunan Stunting (RAN Stunting)

Dalam Rencana Aksi Nasional Penurunan Stunting (RAN Stunting), Kementerian Agama mengambil peran penting dalam mengintegrasikan pendekatan berbasis keluarga untuk memastikan bahwa keluarga sakinah juga merupakan keluarga yang sehat dan sejahtera. Bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan, BKKBN, dan Kementerian Sosial, Kementerian Agama mengedukasi pasangan muda tentang pentingnya gizi, kesehatan ibu dan anak, serta perencanaan keluarga yang matang. Intervensi ini dilakukan melalui program Keluarga Sakinah, yang mencakup bimbingan pranikah dan pasca nikah, dengan fokus pada pembentukan keluarga yang dapat mendukung pertumbuhan anak yang optimal. Hasil dari program ini mencakup penurunan prevalensi stunting di beberapa wilayah, serta peningkatan kesadaran keluarga mengenai pentingnya gizi dan kesehatan anak sebagai bagian integral dari keluarga yang kokoh dan harmonis.

Baca : Cegah Stunting Melalui Revitalisasi KUA


3. Rencana Aksi Nasional Penghapusan Kekerasan Terhadap Anak (RAN PKTA)

Kementerian Agama berperan aktif dalam Rencana Aksi Nasional Penghapusan Kekerasan Terhadap Anak (RAN PKTA), dengan pendekatan berbasis keluarga yang menempatkan perlindungan anak sebagai salah satu pilar utama dalam membangun keluarga sakinah. Bekerja sama dengan KPPPA dan Kementerian Sosial, Kementerian Agama memberikan bimbingan dan penyuluhan di madrasah dan lembaga pendidikan keagamaan, yang menekankan pentingnya perlindungan anak dari segala bentuk kekerasan dan eksploitasi. Intervensi ini mencakup edukasi tentang hak-hak anak dan cara mencegah kekerasan dalam lingkungan keluarga, yang disampaikan melalui ceramah, diskusi, dan materi pendidikan yang dirancang untuk keluarga. Hasilnya adalah meningkatnya kesadaran akan pentingnya perlindungan anak dalam keluarga, serta penurunan kasus kekerasan terhadap anak di wilayah-wilayah yang aktif terlibat dalam program ini. 

Baca :  Kuatkan Layanan Peningkatan Kualitas Keluarga, KemenPPPA gandeng Kemenag, BKKBN dan PERWATI  


4. Rencana Aksi Nasional Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga (RAN PKDRT)

Dalam upaya menghapus kekerasan dalam rumah tangga, Kementerian Agama memainkan peran krusial dalam Rencana Aksi Nasional Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga (RAN PKDRT). Bekerja sama dengan KPPPA, Kementerian Sosial, dan Kementerian Kesehatan, Kementerian Agama menyediakan layanan konseling dan mediasi melalui KUA, serta melakukan penyuluhan yang menekankan pentingnya membangun keluarga yang harmonis dan bebas dari kekerasan. Pendekatan ini memastikan bahwa nilai-nilai sakinah, mawaddah, dan rahmah menjadi landasan dalam setiap rumah tangga. Hasil dari program ini menunjukkan penurunan jumlah kasus kekerasan dalam rumah tangga yang dilaporkan, serta meningkatnya kesadaran masyarakat tentang pentingnya melaporkan kasus kekerasan dan mencari bantuan. Namun, stigma sosial di beberapa daerah masih menjadi tantangan, sehingga diperlukan pendekatan lebih intensif untuk memperkuat komitmen keluarga dalam menciptakan lingkungan yang aman dan harmonis.

Baca : Kemenag: KDRT Tidak Bisa Dibenarkan


5. Rencana Aksi Nasional Pengendalian Penduduk (RAN PP)

Dalam konteks Rencana Aksi Nasional Pengendalian Penduduk (RAN PP), Kementerian Agama berperan aktif dalam memastikan bahwa setiap keluarga sakinah juga berkontribusi pada kesejahteraan nasional melalui perencanaan keluarga yang matang. Bekerja sama dengan BKKBN, Kementerian Kesehatan, dan Kementerian Sosial, Kementerian Agama memberikan bimbingan pranikah dan konseling yang fokus pada pentingnya merencanakan jumlah dan jarak kelahiran, serta menjaga kesehatan reproduksi. Intervensi ini dilakukan melalui KUA dan penyuluh agama, yang mendukung pasangan dalam membangun keluarga yang sehat dan sejahtera, yang pada gilirannya berkontribusi pada pengendalian laju pertumbuhan penduduk. Hasil dari program ini termasuk peningkatan kesadaran masyarakat tentang pentingnya perencanaan keluarga, serta penurunan angka kehamilan yang tidak direncanakan di beberapa wilayah.

Baca : Peran Kementerian Agama Untuk Ketahanan Keluarga


Analisa Intervensi Aksi Nasional dalam Mewujudkan Keluarga Sakinah

Semua Rencana Aksi Nasional (RAN) yang sudah disebutkan di atas, memiliki kaitan langsung dengan upaya pembinaan keluarga sakinah, karena keluarga sakinah merupakan fondasi utama bagi stabilitas dan kesejahteraan sosial dalam masyarakat. Hal tersebut karena keluarga adalah unit terkecil dan paling fundamental dalam masyarakat, di mana nilai-nilai moral, etika, dan keagamaan pertama kali ditanamkan dan dijalankan. Keluarga sakinah, yang berlandaskan pada nilai-nilai harmonis, cinta kasih (mawaddah), dan rahmat (rahmah), tidak hanya mempengaruhi kesejahteraan individu anggotanya, tetapi juga memiliki dampak luas pada pembentukan masyarakat yang stabil, aman, dan sejahtera.

1. Pencegahan Perkawinan Anak (RAN PPA)

Pencegahan perkawinan anak berkaitan erat dengan pembinaan keluarga sakinah karena pernikahan dini sering kali menghasilkan keluarga yang tidak stabil dan rentan terhadap berbagai masalah, termasuk kemiskinan, kekerasan dalam rumah tangga, dan kesehatan yang buruk. Dengan menunda pernikahan hingga individu mencapai kematangan fisik, mental, dan emosional, kita meningkatkan peluang untuk membentuk keluarga yang sakinah—keluarga yang mampu merencanakan kehidupan rumah tangga dengan lebih baik, serta memiliki keterampilan untuk mengatasi tantangan hidup bersama. Pembinaan pranikah yang intensif dan terstruktur membantu pasangan muda mempersiapkan diri secara lebih baik, yang pada akhirnya menghasilkan keluarga yang lebih stabil dan harmonis.

2. Penurunan Stunting (RAN Stunting)

Keluarga yang sakinah harus mampu menyediakan kebutuhan dasar bagi anggotanya, termasuk gizi yang cukup untuk anak-anak. Stunting, yang merupakan akibat dari kurangnya asupan gizi dan perawatan kesehatan yang memadai, dapat merusak masa depan anak dan, pada akhirnya, stabilitas keluarga. RAN Stunting berfokus pada edukasi dan intervensi di tingkat keluarga untuk memastikan bahwa anak-anak mendapatkan nutrisi yang tepat dan perawatan kesehatan yang baik. Dengan memastikan kesehatan yang optimal sejak dini, keluarga dapat lebih stabil dan sejahtera, menciptakan lingkungan yang mendukung pertumbuhan fisik dan mental anak-anak mereka.

3. Penghapusan Kekerasan Terhadap Anak (RAN PKTA)

Keluarga sakinah adalah tempat yang aman bagi anak-anak, di mana mereka dilindungi dari segala bentuk kekerasan dan eksploitasi. Kekerasan terhadap anak menghancurkan fondasi keluarga dan mengganggu perkembangan emosional, mental, dan fisik anak. Melalui RAN PKTA, Kementerian Agama berperan dalam memastikan bahwa setiap keluarga dilengkapi dengan pengetahuan dan keterampilan untuk melindungi anak-anak mereka dari kekerasan. Pembinaan keluarga sakinah mencakup edukasi tentang hak-hak anak dan pentingnya kasih sayang dalam mendidik anak, yang semuanya berkontribusi pada pembentukan keluarga yang harmonis dan sejahtera.

4. Penghapusan Kekerasan dalam Rumah Tangga (RAN PKDRT)

Kekerasan dalam rumah tangga bertentangan langsung dengan prinsip-prinsip keluarga sakinah. Rumah tangga yang dilanda kekerasan tidak mungkin mencapai keharmonisan atau kesejahteraan. Oleh karena itu, RAN PKDRT yang melibatkan Kementerian Agama sangat relevan dengan upaya pembinaan keluarga sakinah. Melalui penyuluhan, konseling, dan mediasi, Kementerian Agama membantu keluarga mengatasi konflik dan menciptakan lingkungan yang penuh kasih sayang dan penghormatan. Keluarga yang bebas dari kekerasan lebih mampu menjalankan peran mereka sebagai tempat pertama dan utama bagi pembentukan karakter yang baik, menjadikannya pusat kebahagiaan dan kesejahteraan bagi semua anggotanya.

5. Pengendalian Penduduk (RAN PP)

Pengendalian penduduk melalui perencanaan keluarga yang baik merupakan bagian penting dari pembinaan keluarga sakinah. Keluarga yang terencana dengan baik mampu memberikan perhatian yang cukup kepada setiap anggota keluarga, terutama anak-anak, sehingga mendukung pertumbuhan dan perkembangan mereka secara optimal. RAN PP yang melibatkan Kementerian Agama memastikan bahwa pasangan suami istri mendapatkan edukasi yang diperlukan untuk merencanakan jumlah dan jarak kelahiran anak-anak mereka dengan bijaksana. Ini tidak hanya mengurangi tekanan ekonomi dan sosial pada keluarga, tetapi juga meningkatkan kesejahteraan dan keharmonisan rumah tangga, yang merupakan ciri khas dari keluarga sakinah.

Selain beberapa RAN yang telah disebutkan di atas, setidaknya masih ada 3 (tiga) Rencana Aksi Nasional yang melibatkan kontribusi Kementerian Agama dan sudah diimplementasikan dengan pedekatan keluarga akan tetapi belum mengintervensi langsung dalam mewujudkan keluarga Sakinah. Hal tersebut karena sampai dengan tulisan ini dibuat, penulis tidak menemukan bukti otentik terkait hal tersebut. Jika pembaca memiliki pendapat lain, mohon disampaikan dalam kolom komentar, baik itu bukti pengakuan, atau bukti dalam bentuk dokumentasi yang lebih akurat (foto, artikel, dsb).  

3 (tiga) RAN yang dapat diintervensi adalah sebagai berikut:

1.        RAN PE (Penanggulangan Ekstremisme Berbasis Kekerasan)

Ekstremisme berbasis kekerasan sering kali berakar pada distorsi nilai-nilai agama yang tidak diajarkan dengan benar dalam lingkungan keluarga. Keluarga sakinah yang didasarkan pada prinsip-prinsip moderasi, toleransi, dan penghormatan terhadap perbedaan dapat menjadi benteng pertama dalam mencegah radikalisasi. Dengan pendekatan berbasis keluarga, program RAN PE dapat diimplementasikan melalui edukasi keluarga mengenai nilai-nilai moderat dan damai, yang penting dalam menciptakan lingkungan keluarga yang harmonis dan jauh dari pengaruh ekstremisme.

2.        RAN HAM (Hak Asasi Manusia)

Keluarga sakinah adalah tempat di mana hak asasi manusia pertama kali dihormati dan diterapkan. Dengan mengintegrasikan prinsip-prinsip HAM dalam pembinaan keluarga sakinah, program ini dapat memperkuat pendidikan di rumah tentang penghormatan terhadap hak-hak individu, termasuk kebebasan beragama dan berkeyakinan. Pendekatan ini dapat membantu menciptakan keluarga yang tidak hanya harmonis tetapi juga menghargai keberagaman dan keadilan, yang pada gilirannya memperkuat kohesi sosial dalam masyarakat.

3.        RAN PUG (Pengarusutamaan Gender)

Kesetaraan gender adalah salah satu pilar utama dalam pembentukan keluarga sakinah. Implementasi RAN PUG dengan pendekatan keluarga dapat dilakukan melalui pendidikan yang mendorong pembagian tanggung jawab yang setara antara suami dan istri. Dengan memperkuat peran masing-masing anggota keluarga dalam suasana saling menghargai dan bekerja sama, program ini dapat membantu menciptakan keluarga yang harmonis dan stabil. Pendidikan mengenai kesetaraan gender juga dapat disampaikan melalui program bimbingan pranikah dan penyuluhan keluarga, yang berkontribusi pada pembentukan keluarga yang lebih kokoh dan adil.

Pendekatan berbasis keluarga yang mengintervensi secara khusus dalam mewujudkan keluarga Sakinah, memiliki potensi besar untuk membantu mengintegrasikan nilai-nilai yang diusung oleh RAN. Dengan memperluas cakupan program pembinaan keluarga sakinah untuk mencakup aspek-aspek ini, diharapkan dapat tercipta keluarga-keluarga yang lebih harmonis, adil, dan tahan terhadap berbagai tantangan sosial.

Dengan mengintegrasikan upaya pembinaan keluarga sakinah ke dalam setiap RAN, Kementerian Agama berupaya menciptakan keluarga-keluarga yang tidak hanya harmonis dan sejahtera, tetapi juga mampu berkontribusi positif terhadap masyarakat luas. Keluarga sakinah menjadi benteng pertama dalam mencegah berbagai masalah sosial, ekonomi, dan keagamaan, serta menjadi agen utama dalam mendukung pembangunan nasional yang berkelanjutan. Rasionalisme ini menunjukkan bahwa keluarga yang kuat dan sejahtera adalah kunci untuk mencapai tujuan-tujuan nasional yang lebih luas dan kompleks, sebagaimana tercermin dalam berbagai Rencana Aksi Nasional.

 

Penutup

Melalui artikel ini, penulis ingin menggambarkan sejauh mana upaya sinergisitas dalam pembinaan Keluarga Sakinah telah dikembangkan di Indonesia. 

Sinergisitas yang melibatkan berbagai kementerian dan lembaga ini telah berhasil memperluas jangkauan program Pembinaan Keluarga Sakinah, menjadikannya lebih komprehensif dalam mendukung kesejahteraan keluarga dan masyarakat. Mengintegrasikan pendekatan keluarga  dengan intervensi khusus pembinaan keluarga sakinah di setiap aksi nasional yang mengakomodir keterlibatan Kementerian Agama, menjadi alternatif pelaksanaan program yang akan memberikan dampak tercapainya tujuan dengan lebih optimal.

 



0 comments